Umat Kristen Ortodoks Peringati 1.700 Tahun Fatwa Toleransi

Umat Kristen Ortodoks Peringati 1.700 Tahun Fatwa Toleransi

NIS, SERBIA — Delapan pemimpin kelompok Kristen Ortodoks, petinggi-petinggi agama lain, politisi dan ribuan lainnya berkumpul di kota Nis, Serbia, Minggu (6/10), untuk memperingati Fatwa Milan mengenai toleransi untuk kelompok Kristen di Kekaisaran Romawi pada 1.700 tahun yang lalu.

Baca selengkapnya

Perang Merambah ke Pemukiman Kristen Suriah

Opposition Battles Gaddafi's Forces In Eastern Libya

DAMASKUS – Belum dimulainya intervensi Asing ke Suriah bukan berarti menandakan membaiknya Kondisi Suriah. Setelah beberapa kota besar seperti Damaskus, Homs dan Allepo kali ini kota Maaloula mulai memanas.

Dalam sebuah video amatir terlihat, pasukan milisi Suriah mulai menarik diri dari daerah kota Maaloula, yang terletak dekat dengan perbatasan Lebanon. Penarikan tersebut terjadi setelah pasukan Pemerintah Suriah melancarkan serangan untuk memulai peperangan. Demikian diberitakanVOA, Selasa (10/9/2013).

Walau berhasil dipukul mudur oleh pasukan Suriah pihak milisi menyatakan, kalau mereka berhasil merebut sebuah pos militer penting di Maaloula. Kota ini dinilai penting sekaligus bersejarah karena memiliki biara tertua di Suriah dan juga penduduknya masih fasih berbahasa Aram.

Selain pos militer menurut beberapa laporan dari kelompok pro-pemerintah, situs bersejarah yang menunjukkan sejarah Kristen di kota ini juga berhasil di rebut milisi. Menanggapi penyerangan terhadap kotanya, kepala gereja orthodox Maaloala membantah pernyataan dari kelompok pro-pemerintah dan menyatakan tempat tersebut masih aman.

Semetara itu ditempat lain daerah pinggiran Ibu Kota Damaskus termasuk daerah Madhamiya, pasukan pemerintah terus saja melanjutkan pertempuran dengan pasukan oposisi.  Daerah Madhamiya adalah tempat diduga terjadi serangan senjata kimia.

Di Alepo situasi pun tak jauh berbeda. Pesawat tempur Suriah tak hanya berpatroli mereka juga melancarkan serangan di basis pemberontak yang terletak dekat di jalan tol Alepo. Pemerintah mengklaim serangan di Alepo sudah mengalami kemajuan dengan merebut kembali jalanan tersebut. 

sumber ; okezone.com

 

Gerilyawan Suriah Hancurkan Gereja di Maaloula

Kelompok oposisi menyatakan kelompok gerilyawan Al-Qaeda dikabarkan merebut kendali atas kota Kristen bersejarah, Maaloula, dari pasukan pemerintah. The Syrian Observatory for Human Rights menyatakan pemberontak Islam garis keras, Front al-Nusra, menguasai wilayah itu sejak Sabtu malam.

Video yang di-posting di YouTube dalam beberapa hari terakhir menunjukkan pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah di kota kecil itu. Maaloula terletak kurang-lebih satu jam perjalanan dari Ibu Kota Damaskus.

“Kami membersihkan Maaloula dari semua anjing Assad dan semua preman!” teriak seorang komandan pemberontak, menghadap ke kamera dalam video yang di-posting online selama akhir pekan ini.

Selama ini, kaum Kristen memegang “kartu” dalam konflik Suriah karena, baik kubu pemerintah maupun oposisi, memperebutkan dukungan mereka. Tetapi beberapa kelompok Kristen takut Islam radikal menyusupi pemberontak. Mereka khawatir mengalami nasib yang sama seperti sejumlah orang Kristen selama perang di Irak, di mana militan menargetkan mereka dan mendorong banyak orang untuk meninggalkan negara itu.

Penganut Kristen di negara itu jumlahnya sekitar 10 persen dari populasi. Suriah diperintah oleh pemerintahan yang didominasi oleh kaum Alawi, salah satu cabang Syiah. Sedangkan kelompok oposisi sebagian besar berhaluan Sunni.

Badan-badan bantuan internasional mengatakan 2 juta warga Kristen Suriah sering menjadi sasaran untuk menarik simpati sekaligus dicurigai rezim Presiden Bashar al-Assad. Dua uskup telah diculik dan seorang pendeta terkenal dinyatakan hilang.

Antoinette Nassrallah, seorang Kristen dan pemilik sebuah kafe di Maaloula, mengatakan kepada CNN, tahun lalu, ia khawatir tentang keselamatannya. “Di Aleppo, banyak warga Kristen yang dibunuh dan gereja dihancurkan,” katanya. Banyak orang Kristen Suriah telah melarikan diri ke Libanon dan berlindung di biara-biara.

Sementara itu, situs Mail Online menyatakan kaum Kristen di Maaloula mengklaim pemberontak Suriah memerintahkan mereka untuk masuk Islam tak lama setelah mereka menguasai kota. Laporan ini menyulut kembali kekhawatiran tentang dukungan Barat untuk kelompok pemberontak, yang diduga disusupi oleh ekstremis Islam.

Salah seorang warga kota itu menyatakan banyak di antara pejuang pemberontak berjenggot dan meneriakkan yel-yel agamanya sebelum menyerang rumah warga Kristen dan gereja. “Mereka menembak dan membunuh orang-orang. Aku mendengar suara tembakan, kemudian aku melihat tiga mayat tergeletak di tengah jalan. Apakah Presiden Obama melihat apa yang telah menimpa kami?” katanya.

Warga lain menyatakan pemberontak yang menguasai lima desa memaksa warganya untuk masuk Islam. “Anda masuk Islam atau Anda akan dipenggal,” ujarnya menirukan.

Desa yang terletak 25 kilometer dari Damaskus ini adalah salah satu dari sedikit tempat di dunia di mana warganya masih menggunakan bahasa kuno, bahasa Aram–bahasa yang diucapkan oleh Yesus dan murid-muridnya.

sumber : Tempo.co

Kristen Koptik Mesir Bereaksi

[KAIRO] Komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah, Kristen Koptik, bereaksi melihat hasil pemilihan umum parlemen pertama Mesir yang menunjukkan kemenangan partai politik Islam. Penganut Kristen Koptik melakukan ibadah Minggu massal di gereja-gereja di seluruh Mesir, Minggu (5/12). Mereka menunjukkan ketakutan bahwa negara itu akan dipimpin mengarah pada hukum Islam (Syariah).

Hasil pemilihan umum putaran pertama menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Mesir memilih partai Islam dengan suara mereka menunjukkan mencapai hampir 65 persen. Partai Islam moderat, Partai Keadilan dan Kebebasan (FJP) berada di urutan pertama dengan 36,6 persen dan partai Islam garis keras Al Nur Salafi berada di urutan kedua dengan 24,4 persen.

“Semua kaum Koptik sangat khawatir. Kami tidak mengharapkan ini, kami ingin beberapa kelompok liberal dipilih dengan harapan mungkin ada perubahan” ucap Girgi Szaki (42) seorang insinyur.
Hasil pemilu minggu lalu adalah hasil pertama dari tiga tahap pemungutan suara untuk membentuk parlemen.
Banyak warga Kristen Koptik mengharapkan partai liberal memenangkan pemilu parlemen tahun depan. “Kami terkejut tapi kami masih optimistis, ini adalah demokrasi, ini adalah opini nyata dari Mesir, partai sekuler masih terus berjuang,” kata Eman Seif.

Pemimpin reformasi Mesir sekaligus kandidat Presiden Mesir, Mohamed El Baradei menunjukkan kekhawatiran munculnya elemen atau ide-ide garis keras. Peraih nobel perdamaian itu mengatakan pemuda liberal di balik penggulingan Hosni Mubarak telah “hancur” dalam pemilihan umum pertama yang didominasi partai Islam.
“Para pemuda merasa kecewa. Mereka tidak merasa bahwa tujuan-tujuan revolusi telah dicapai. Mereka hancur, pemuda gagal untuk menyatukan dan membentuk satu masa penting,” ucapnya.

Baradei menekankan bahwa dalam membuat konstitusi, menghormati hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi harus menjadi dasar dari konstitusi di antara para kepentingan dan bukan sebuah mayoritas parlemen. Dia juga mengangkat kekhawatiran terkait dengan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh kelompok Salafi.

Kelompok Islam garis keras itu mempertanyakan apakah wanita perlu dilarang mengendarai, seperti yang diberlakukan di Arab Saudi. Mereka juga menyebut novel-novel peraih Nobel Naguib Mahfouz sebagai “prostitusi”.

“Saya kuatir tentu saya bahwa beberapa hal ekstrem yang keluar dari Salafi, ketika mendengar bahwa kita masih memperdebatkan apakah perempuan diperbolehkan mengendarai mobil, apakah demokrasi bertentangan dengan hukum Islam,” tutur Baradei.

Dia menyerukan kelompok Islam moderat yang menjaga prinsip-prinsip agama harus memperhatikan kemiskinan yang merajalela, buta huruf, dan bukan tentang apa yang orang pakai atau minum. Islam moderat harus memastikan bahwa suara-suara fundamentalis tidak akan menjadi arus utama.

Baradei juga menyerukan kelompok pemuda liberal untuk tidak menyerah dan melihat proses reformasi Mesir dan mempersiapkan untuk pemilihan berikutnya, mengatasi perbedaan idiologis mereka dan bekerja sama.

sumber : suarapembaruan.com

UNHCR: Ribuan pemeluk Kristen Irak lari

Pihak keamanan berjaga-jaga di gereja Kristen di ibukota Irak, Baghdad

Badan Pengungsi PBB mengatakan ribuan pemeluk Kristen Irak melarikan diri dari bagian tengah propinsi negara itu.

Mereka mencari perlindungan di kawasan yang dikuasasi golonngan Kurdi di Irak utara.

UNHCR mengatakan sekitar 1.000 keluarga meninggalkan Baghdad dan propinsi Mosul sejak penyerangan di satu gereja di Baghdad yang menyebabkan 68 orang tewas.

Badan PBB itu mengatakan larinya pemeluk Kristen ke bagian lain Irak dan ke luar negeri telah menjadi “eksodus yang pelan tapi terus terjadi.”

UNHCR juga mengatakan mereka kecewa dengan langkah negara-negara Eropa yang mendeportasi pencari suaka yang gagal ke kawasan yang tidak aman di negara itu.

“UNHCR menekankan kembali seruan agar negara-negara Eropa tidak lagi mendeportasi warga Irak yang berasal dari berbagai tempat yang berbahaya di negara itu,” kata Melissa Fleming, juru bicara organisasi itu.

Serangan gereja

Upaya pihak keamanan Irak untuk membebaskan puluhan tawanan di gereja Katolik di Baghdad, menyebabkan hampir 70 orang tewas 31 Oktober lalu.

Insiden ini bermula dari upaya sejumlah orang bersenjata yang memasuki gereja di kawasan Karrada selama ibadah.

Kantor-kantor UNHCR di Irak mencatat peningkatan warga Kristen yang melarikan diri.

“Kami mendengar banyak cerita soal orang yang melarikan diri setelah mendapat ancaman mati. Sejumlah diantara mereka hanya membawa barang-barang seperlunya,” kata UNHCR.

Kantor-kantor UNHCR di Suriah, Yordania dan Lebanon melaporkan peningkatan jumlah warga Kristen Irak yang tiba di negara-negara itu.

Gereja-gereja dan LSM memperingatkan badan pengungsi PBB itu bahwa akan ada lebih banyak lagi gelombang pengungsian dalam beberapa minggu ke depan.

sumber : bbc.co.uk

 

 

Banser dan Pagar Nusa Amankan Natal

Perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2011 di Kota Kediri bakal mendapat pengamanan ekstra ketat dari petugas kepolisian. Polres Kediri Kota akan mengerahkan ratusan personel baik dari Polri, TNI, Satpol PP, Dihubkominfo, serta petugas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

Rencananya, petugas juga akan meminta bantuan puluhan tenaga dari Banser (Barisan Ansor Serba Guna) dan beberapa pendekar perguruan pencak silat Pagar Nusa untuk bergabung dalam pengamanan hari raya keagamaan tersebut.

Kapolres Kediri Kota, AKBP Mulya Hasudungan Ritonga mengatakan, untuk Polres Kediri Kota sendiri rencananya akan menerjunkan sebanyak 682 personel di lapangan. Anggota tersebut akan disiagakan selama 24 jam penuh di beberapa lokasi yang dianggap rawan dengan kejahatan. Jumlah tersebut masih ditambah lagi puluhan petugas keamanan dari unsur lain, seperti TNI, Satpol PP, Dishub, serta petugas kamtibmas.

Dikonfirmasi terpisah, pengasuh Pagar Nusa Kota Kediri, Badrul Huda Zaenal Abidin mengatakan, pihaknya mengaku siap jika memang dibutuhkan untuk ikut serta dalam pengamanan menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru. Berapapun jumlah yang diinginkan oleh pihak Kepolisian, dia akan berusaha untuk memenuhinya.

Disinggung apakah ada latihan khusus bagi anggota Pagar Nusa yang akan diterjunkan dalam pengamanan nanti, Gus Bidin menjawab tidak. Menurutnya, bekal ilmu kanuragan yang sudah dimiliki anggota Pagar Nusa cukup untuk pengamanan acara itu.

Sementara itu, antisipasi disiapkan jajaran Polresta Pasuruan untuk pengamanan perayaan Natal. Salah satu di antaranya adalah penyisiran bom dan penggeledahan tas bagi semua pengunjung gereja-gereja di Pasuruan.

“Kami sudah bertemu dengan Dewan Gereja Indonesia (DGI) Kota Pasuruan dan berupaya semaksimal mungkin agar perayaan Natal dan tahun baru berlangsung aman. Antisipasi sudah kami lakukan,” tegas AKBP Agung Yudha Wibowo, Kapolresta Pasuruan.

sumber : surya.co.id

Wisatawan Betlehem Melonjak Drastis

Betlehem meraih rekor jumlah wisatawan tahun ini dan ribuan kamar hotel di wilayah itu telah penuh dipesan untuk perayaan Natal minggu ini.

Hal tersebut dimungkinkan berkat persentase tingkat kekerasan yang terus menurun di wilayah Tepi Barat selama beberapa tahun terakhir ini.

Hal itu merupakan ‘sedikit’ kabar baik dalam masa suram, akibat kandasnya upaya perundingan damai antara Israel dan Palestina.

Tahun ini, sekitar 1,4 juta wisatawan telah mengunjungi tempat kelahiran tradisional Yesus dan 90.000 turis lainnya diharapkan akan datang selama musim Natal, di mana jumlah tersebut merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun lalu, menurut pemerintah Israel. Jumlah pengunjung terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

“Kami percaya bahwa situasi ekonomi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, telah lebih stabil dan membaik,” kata Samir Hazboun, anggota Kamar Dagang Betlehem.

Sebanyak 2.750 kamar hotel telah penuh dipesan selama minggu Natal dan empat hotel lagi sedang dalam pembangunan. Para wisatawan yang melakukan liburan minggu Natal tahun lalu, mencapai sekitar 70.000 orang.

Pariwisata merupakan salah satu dari sedikit hal yang memerlukan kerjasama kuat dari Israel dan Palestina. Militer Israel mengatakan, mereka telah melakukan kontak dengan para tokoh dan pemimpin agama dari berbagai sekte Kristen untuk mengkoordinasikan rombongan peziarah yang menuju Betlehem untuk menghadiri acara misa tengah malam pada Natal nanti. Sebuah barikade penghalang dibangun oleh pihak kemanan Israel di sepanjang ujung selatan kotaBetlehem, yang merupakan wilayah yang menjadi sumber gesekan dengan para penduduk.

Puluhan ribu wisatawan asing akan berkumpul di Manger Square, depan Gereja Kelahiran untuk melakukan perayaan Natal. Mereka harus menyeberang melalui sebuah pintu gerbang setinggi 8 meter yang dibangun Israel untuk menjaga serangan para pejuang Palestina dari Yerusalem, yang hanya berjarak 5 kilometer jauhnya.

sumber : wartanews.com

Kristen, Muslim dan Yahudi Bahas Perdamaian Bersama

Konferensi Muslim – Kristen I diselenggarakan di Kota Betlehem di Tepi Barat pada hari ini (13/12). Konferensi ini diselenggarakan oleh Religions for Peace (RIP) Palestina. Konferensi ini dibuka oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Orang-orang yang hadir yaitu para ulama Islam, pendeta Palestina, dan juga akan diikuti oleh sejumlah tokoh Yahudi atau rabi Israel.

Salah satu orang yang mewakili Islam adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin diundang sebagai Vice Presiden RIP Internasional. Selain itu, ada Grand Mufti (pemimpin ulamat) Bosnia Doktor Mustafa Ceric. Menurut Din, konferensi ini bermakna histories karena baru pertama kali diadakan dan melibatkan para agama samawi (pengikut keturunan Nabi Abraham) di Palestina.

Dalam kunjungan itu, Din dijadwalkan bertemu rabi Yahudi, temasuk juga mengunjungi rumah kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita dan juga mengunjungi Kota Ramallah, ibukota Pemerintah Otoritas Palestina.

Masyarakat dunia, menurut Din, khususnya umat beragama perlu terus menerus berupaya mendorong proses perdamaian di kawasan Timur Tengah, serta mendukung solusi realistis yang telah disetujui banyak pihak, khususnya Palestina – Israel. Solusi ini diharapkan dapat membuat kedua negara hidup berdampingan secara damai dan adil. Seperti yang Din harapkan, kita harapkan juga bahwa dengan adanya konferensi ini, dapat mendorong proses damai Palestina – Israel dan turut menciptakan perdamaian dunia.

sumber : yahoo.co.id

Inilah Derita Warga Kristen Irak

Rafah Butros duduk termenung sendirian. Ia menangis di sudut gereja saat imam berdoa bagi perdamaian dan pengampunan. Perempuan itu tidak pernah ke gereja dalam tiga tahun terakhir sampai pada 31 Oktober lalu, ketika sepupunya mengancam tidak akan mengunjunginya lagi kalau ia tidak juga ke gereja.

Pada hari itu, kaum militan menyerbu Gereja Our Lady of Salvation Baghdad, Irak. Orang-orang bersenjata itu menyandera dan kemudian menewaskan 51 jemaat dan dua imam dalam satu serangan brutal yang menurut pihak berwenang merupakan yang terburuk dalam gelombang kekerasan terbaru yang menyasar orang Kristen Irak. Butros selamat. Sepupunya, seorang pastor berusia 27 tahun, tidak.

Butros, Kamis (9/12), berada di antara lebih dari 100 orang yang datang ke gereja itu untuk memperingati 40 hari serangan itu, masa berkabung yang biasa diterapkan sejumlah komunitas di Timur Tengah.

Di telinganya, masih tergiang kata-kata terakhir sepupunya, “Saya akan menemui kamu dan berbicara dengan kamu setelah misa.” Sekarang, katanya sebagaimana dilaporkan CNN, Jumat (10/12), dia tidak bisa berhenti mengunjungi gereja itu. “Saya jadi menyatu dengan tempat ini. Setiap hari saya datang ke sini. Saya merasa sepertinya jiwa saya ada di tempat ini bersama mereka (para korban),” kata Butros sambil berlutut untuk menyalakan lilin di lantai pada peringatan mengenang mereka yang tewas dan terluka dalam serangan itu.

Keamanan sangat ketat di tempat itu, Kamis, yang diserbu para penyerang yang berafiliasi dengan Al Qaeda lalu menyandera anggota jemaat selama lebih dari empat jam, dan mengubah misa malam jadi sebuah pertumpahan darah. Puluhan perempuan berpakaian hitam duduk menangis di deretan kursi plastik yang menggantikan bangku kayu yang hancur di gereja itu, yang sekarang dijuluki “Our Lady of Martyrs” oleh banyak orang Kristen.

Jendela-jendela -hancur akibat dampak tiga pengeboman bunuh diri yang meledakkan rompi mereka dalam pengepungan pasukan keamanan- tetap rusak. Bekas peluru di dinding masih tampak jelas di gereja hangus itu. Bercak darah juga masih menodai langit-langit.

Sebuah poster besar kolase foto bergambar semua korban tergantung di luar. Sepasang pengantin berpakaian putih, seorang bayi dan bocak berusia tiga tahun ada di antara mereka.

Sebuah peringatan dengan gambar wajah mereka dan lilin yang menyala berdiri di samping mezbah. Nama-nama mereka, dikelilingi lilin, membentuk salib di tanah. Lilin berwarna cerah dengan wajah-wajah mereka yang meregang nyawa ditampilkan di sudut agar bisa dilihat pelayat.

Maha al-Khoury menunjuk satu per satu gambar-gambar itu. “Ini paman saya. Ini anaknya, Bassam. Ini istri Bassam dan ayah dari istrinya. Bassam menikah delapan bulan lalu dan sedang menunggu seorang bayi. Dan seorang yang di tengah itu, Raghda, seorang pengantin baru juga, dia menikah baru 40 hari. Dia juga hamil,” katanya.

Ia mengatakan, rasa takut melumpuhkan kehidupan anggota keluarganya yang masih hidup. “Putri saya menolak untuk masuk ke perguruan tinggi. Dia takut terhadap semua orang di sekitarnya dan menghindari orang-orang. Kami tinggal saja di rumah. Kami takut keluar rumah, takut untuk bergerak,” katanya.

Ketakutan telah melanda sebagian besar orang Kristen Irak sejak pengepungan dan serangkaian pemboman dan pembunuhan yang terjadi, yang menyasar mereka bukan hanya di tempat ibadah, tetapi juga di rumah mereka sendiri. Hari Minggu lalu, orang bersenjata membunuh pasangan tua setelah menyerbu rumah mereka di Baghdad. Itu merupakan rangkaian pembantaian yang terakhir. Lebih dari selusin bom meledak di luar rumah keluarga Kristen bulan lalu.

Seperti kelompok minoritas lain, orang Kristen telah menjadi targetkan dalam wabah kekerasan selama tujuh tahun terakhir di Irak. Banyak orang khawatir bahwa kekerasan yang intensif itu dapat mengusir orang-orang Kristen yang tersisa di negara itu. “Rasanya sangat menyedihkan bahwa kami menjadi sasaran di negara kami sendiri. Kemana kami harus pergi sekarang. Saya sudah tinggal di sini selama lebih dari 60 tahun dan sekarang mereka ingin kami meninggalkan rumah kami? Ini keterlaluan dan menyakitkan,” kata Ronah George, seorang perempuan tua. Dia meninggalkan gereja itu sambil menangis.

sumber : tribunkaltim.co.id